Kadang kita nggak perlu pergi jauh-jauh, ngejar itinerary padat, atau pindah-pindah tempat untuk merasakan liburan yang menyenangkan. Liburan kali ini, aku memilih untuk staycation saja. Tapi bukan di sembarang tempat—aku memutuskan untuk menginap lima hari penuh di Hotel Intercontinental Bali Sanur, sebuah hotel bintang lima yang tenang, mewah, dan punya suasana yang bikin hati adem.
Sudah lama aku pengen nyoba staycation model begini: nggak ke mana-mana, nggak dikejar waktu, nggak ribet mikirin destinasi. Cuma istirahat, menikmati waktu, dan mengisi energi. Kebetulan juga, selama lima hari ini aku lagi ngerjain sebuah proyek penulisan biografi seorang Romo dari Batam. Jadi, sekalian aja aku jadikan waktu ini buat menyelesaikan sebagian besar tulisannya. Nulis dengan tenang, tanpa gangguan, sambil ditemani suara angin dan ombak dari balkon kamar. Rasanya priceless banget.
Begitu masuk ke area Intercontinental Sanur, suasananya langsung terasa beda. Bangunan hotelnya modern tapi tetap menyatu dengan nuansa Bali yang khas. Ada sentuhan arsitektur lokal, taman-taman tropis yang rapi, dan kolam-kolam tenang yang tersebar di beberapa sudut. Lobby-nya lapang, disambut dengan senyum ramah staf, dan suara musik gamelan lembut di latar belakang. Serius, dari awal aja udah terasa nyaman.
Aku menginap di salah satu kamar garden view suite. Kamarnya luas banget, mungkin hampir dua kali lipat ukuran kamar hotel biasa. Ada balkon besar dengan sofa daybed, yang langsung menghadap taman. Di pagi hari, aku biasa duduk di situ sambil ngetik, menikmati kopi, dan menunggu matahari muncul perlahan di ujung timur. Kalau bosan di kamar, aku pindah ke taman atau ke area kolam renang untuk lanjut kerja. Jaringan Wi-Fi-nya kencang dan stabil, jadi ngerjain tulisan pun nggak ada hambatan.
Selama lima hari itu, aku benar-benar jarang keluar hotel. Semua kebutuhan ada di sana. Sarapan disajikan di restoran dengan menu lengkap—dari makanan lokal seperti nasi campur Bali sampai roti dan omelet ala barat. Siangnya kadang aku pesan makanan lewat layanan kamar. Salah satu menu favoritku adalah grilled mahi-mahi mereka—ikan bakarnya juicy banget dan disajikan dengan sambal matah yang segar. Harganya lumayan, sekitar 150 ribu per porsi, tapi sepadan sama rasa dan porsinya.
Malam hari jadi waktu favoritku. Setelah seharian nulis, biasanya aku keluar hotel dan jalan kaki santai di sepanjang Jalan Danau Tamblingan, Sanur. Jalanan di daerah ini jauh dari hiruk pikuk seperti Kuta atau Seminyak. Lebih tenang, lebih tertata, dan banyak restoran kecil, kafe, atau toko oleh-oleh yang bisa dijelajahi. Kadang aku cuma duduk di bangku trotoar sambil ngopi di warung kecil, atau mampir beli gelato di kedai lokal. Udara malam di Sanur itu sejuk, dan ada perasaan damai yang nggak bisa dijelaskan. Mungkin karena nggak terlalu ramai, atau karena suara laut yang selalu terdengar di kejauhan.
Di hari ketiga, aku sempat ikut kelas yoga pagi yang diadakan di taman hotel. Nggak sengaja sih, awalnya cuma lewat dan liat ada kelas, eh malah diajak ikut. Dan ternyata enak banget buat stretching badan setelah duduk lama di depan laptop. Intercontinental memang sering punya aktivitas seperti ini untuk tamu, mulai dari yoga, workshop memasak, sampai tur budaya kecil-kecilan.
Selama staycation ini, aku sadar bahwa kadang kita cuma butuh waktu untuk pause. Nggak harus selalu produktif dalam artian yang berat, tapi cukup memberikan ruang buat diri sendiri, berpikir, menulis, dan menikmati momen. Tulisan biografi yang aku kerjakan pun jadi terasa lebih dalam, karena aku ngerjainnya dengan hati yang tenang dan lingkungan yang mendukung. Nggak terburu-buru, nggak tertekan.
Hari kelima akhirnya tiba juga. Rasanya pengen tambah beberapa hari lagi. Tapi seperti semua liburan, pasti ada akhirnya. Aku pulang dengan tubuh yang lebih rileks, pikiran yang lebih jernih, dan draft tulisan yang hampir rampung.
Kalau kamu lagi cari tempat buat me time, atau sekadar pengen istirahat dari rutinitas tanpa harus ribet mikirin destinasi, coba deh staycation di Intercontinental Bali Sanur. Hotel ini bukan cuma tempat menginap, tapi tempat untuk menemukan ketenangan. Liburan tanpa harus ke mana-mana, tapi justru menemukan banyak hal dari dalam diri sendiri.