Home Sumatera Utara Medan Kota Medan: City Walk Sejarah & Kolonial

Kota Medan: City Walk Sejarah & Kolonial

0

Kalau bicara soal Medan, banyak orang langsung teringat sama kuliner khasnya seperti durian legit, bika ambon, atau soto Medan. Tapi sebenarnya, ada sisi lain yang nggak kalah menarik untuk dijelajahi, yaitu wajah kota tua dengan jejak sejarah kolonial yang masih bisa kita lihat sampai sekarang. Konsepnya mirip seperti city walk—kamu jalan kaki keliling pusat kota sambil menikmati bangunan-bangunan tua, cerita masa lalu, dan suasana khas yang bikin seolah lagi melangkah mundur ke abad ke-19.

City walk di Medan ini bukan sekadar jalan-jalan biasa, tapi juga perjalanan menelusuri sejarah bagaimana kota ini terbentuk. Medan dulu berkembang pesat sebagai kota perdagangan, terutama setelah adanya perkebunan tembakau Deli yang mendunia. Dari situlah banyak gedung-gedung megah bergaya kolonial dibangun, mulai dari kantor dagang, bank, sampai rumah dinas yang sekarang sebagian masih berdiri kokoh. Nah, buat traveler yang suka jalan kaki santai sambil foto-foto estetik, jalur city walk sejarah di Medan bisa jadi pilihan yang nggak boleh dilewatkan.

Salah satu titik awal yang sering dipilih adalah Lapangan Merdeka. Tempat ini bukan hanya ruang terbuka hijau, tapi juga saksi sejarah panjang perjalanan Medan. Dari sini kamu bisa langsung melihat bangunan Stasiun Kereta Api Medan yang usianya lebih dari seabad. Bentuk bangunannya khas kolonial dengan jendela besar dan atap tinggi. Stasiun ini dulunya jadi pusat transportasi penting untuk distribusi hasil perkebunan. Sampai sekarang pun stasiun ini tetap berfungsi, jadi kamu bisa merasakan perpaduan antara sejarah dan kehidupan modern.

Nggak jauh dari Lapangan Merdeka, ada juga gedung-gedung tua yang masih aktif digunakan. Misalnya Gedung London Sumatra (Lonsum) yang dibangun tahun 1906. Gedung ini dulunya kantor perusahaan perkebunan besar milik Inggris, dan sampai sekarang masih digunakan untuk perkantoran. Gaya arsitekturnya art deco dengan cat putih yang elegan, sering banget jadi latar foto traveler yang lagi city walk. Rasanya kayak lagi jalan di tengah kota tua di Eropa, tapi dengan nuansa tropis khas Sumatera.

Dari situ, perjalanan bisa dilanjutkan ke Balai Kota Medan yang berdiri megah dengan arsitektur Belanda klasik. Gedung ini pernah jadi pusat pemerintahan kolonial, dan sampai sekarang masih difungsikan untuk kegiatan resmi pemerintah kota. Di sekitarnya, kamu juga bisa melihat Kantor Pos Medan, salah satu ikon kota dengan atap kubah besar yang unik. Banyak orang bilang bangunan ini mirip seperti gereja atau museum karena bentuknya yang khas. Padahal sampai sekarang fungsinya masih sama, yaitu sebagai kantor pos aktif.

Buat yang suka suasana religius sekaligus arsitektur indah, jangan lupa mampir ke Masjid Raya Al-Mashun dan Gereja Katedral Medan. Kedua bangunan ini berdiri tidak terlalu jauh dari jalur city walk. Masjid Raya punya desain perpaduan Melayu, Timur Tengah, dan India, sementara Gereja Katedral punya gaya neo-gotik khas Eropa. Menariknya, keduanya sama-sama jadi simbol keberagaman Medan yang sejak dulu sudah dihuni oleh berbagai etnis dan agama.

Selain bangunan bersejarah, city walk di Medan juga seru karena banyak aktivitas lokal yang bisa kamu nikmati. Misalnya, di sore hari sekitar Lapangan Merdeka sering ada komunitas yang berkumpul, mulai dari pecinta fotografi sampai anak-anak muda yang latihan musik. Kamu juga bisa berhenti sejenak untuk mencicipi kuliner jalanan seperti lontong Medan, martabak telur, atau minum kopi di kedai klasik yang masih mempertahankan nuansa tempo dulu. Suasana ini bikin city walk nggak cuma soal melihat bangunan, tapi juga merasakan denyut kehidupan kota yang sebenarnya.

Yang paling asik dari city walk di Medan adalah kamu bisa menjelajah tanpa perlu transportasi ribet. Cukup pakai sepatu nyaman, bawa botol minum, dan kamera, lalu biarkan kaki menuntunmu dari satu sudut ke sudut lain. Rasanya setiap belokan punya cerita—entah itu cerita tentang perdagangan tembakau, kisah orang-orang Eropa yang pernah menetap, atau sekadar nostalgia masa kecil warga Medan yang tumbuh di sekitar bangunan tua.

Bagi backpacker atau solo traveler, jalur city walk ini bisa jadi pilihan hemat tapi tetap berkesan. Kamu nggak perlu keluar biaya banyak, tapi bisa pulang dengan foto-foto keren, wawasan sejarah baru, dan tentu saja pengalaman unik yang mungkin nggak semua orang tahu. Kalau datang berdua sebagai couple traveler, jalur ini juga romantis banget, apalagi kalau jalan sore menjelang malam ketika lampu-lampu kota mulai menyala dan suasana kolonial terasa makin hangat.

Kota Medan memang terkenal sebagai kota besar dengan hiruk pikuk yang sibuk, tapi lewat city walk sejarah dan kolonial ini, kamu bisa melihat sisi lain yang lebih tenang, penuh cerita, dan kaya akan warisan budaya. Perpaduan antara masa lalu dan masa kini membuat Medan bukan cuma tempat singgah, tapi juga destinasi yang layak dijelajahi lebih dalam. Jadi, kalau suatu hari kamu mampir ke kota ini, jangan lupa luangkan waktu untuk jalan kaki menelusuri jejak sejarahnya. Siapa tahu, langkah-langkah kecilmu justru membuka pintu untuk memahami lebih banyak tentang Medan dan kisah panjangnya sebagai kota multikultur di Sumatera Utara.

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version